5 Feb 2016

Like Parents Like Children

Bismillahirrohmanirrohim...

Dengan melihat, mendengar, dan terlibat di dalamnya.
Aku sepakat dengan kalimat yang mengatakan "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" atau bahasa kerennya "like father like son/ daughter" kalo bahasa keren dariku "like parents like children".

Sifat seorang anak tidak akan jauh-jauh dari sifat orangtuanya. Ya, ini lah yang aku dapatkan di dalam pikiranku malam ini. Sikap/tabiat/akhlak seorang anak bisa dikatakan 95% dipengaruhi oleh "didikan" orangtuanya di dalam keluarga.
Anak yang ber-IQ tinggi mungkin tidak akan ada "apa-apanya" jika orangtuanya tidak mampu menghadapi kecerdasan anaknya, dan begitu juga anak yang ber-IQ rendah akan menjadi "apa-apa" jika orangtuanya mampu mengahadapi kelemahan anaknya.
Hal tersebut sudah banyak terjadi, seperti info-info yang telah banyak dikabarkan dari stasiun pemberitaan.

Banyak anak-anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata namun karena faktor X yang harus ia hadapi di lingkungan keluarganya anak tersebut harus menerima hukuman dari secuail "kebodohan" yang ia anggap kebenaran.
Seperti sebuah kisah yang pernah saya dengar, seorang anak yang cerdas harus hidup di dalam kurungan jeruji besi, karena membunuh orang yang telah menyakiti ayahnya. Kecerdasannya terlihat, ketika ia dapat berkali-kali kabur dari penjara dengan alasan hanya untuk menjenguk ibunya di rumah. Tentu saja dia kabur dengan kecerdasan dan ilmu pengetahuannya. Meskipun setelah kabur, dia akan kembali ke rumah yang memiliki kamar berpintu jeruji besi itu.(Penasaran dengan artikelnya? o_O cari sendiri ya n_n).

Begitu pula dengan orangtua yang memiliki persiapan matang dalam menghadapi anaknya yang berkebutuhan khusus. Anak-anak yang luar biasa menampilkan keahliannya dalam bidang A/B/Z meskipun dalam "keterbatasannya/kelemahannya".
Anak-anak tersebut tentu saja tidak secara mandiri mengasah kemampuannya yang mungkin jika dibayangkan oleh orang normal serasa tidak mungkin. Tetapi, hal tersebut menjadi mungkin karena anak-anak tersebut berada di tangan yang "siap". Yup, tangan itu adalah tangan orangtuanya.
"Nothing is impossible, isn't it?"

Ketika seorang ayah atau ibu mampu merubah kelemahan menjadi kekuatan dengan do'a dan usahanya, hal tersebut tidak mungkin menjadi sesuatu yang mustahil. Seseorang yang ber-IQ rendahpun mampu melakukan hal-hal yang amazing (dikalangannya).

----
Aku menjadi berfikir tidak mudah menjadi orangtua, banyak yang harus dipersiapkan. Mempersiapkan mental dan ilmu menjadi seorang ayah atau ibu yang sholeh/sholeha tidaklah cukup. Ada hal yang harus dipersiapkan yaitu ilmu dan mental dalam mendidik anak, karena anak adalah amanah, jadi wajib diurus. Sebagai seorang manusia, tentu saja kita selalu bermimpi dan berharap bahwa setelah berumah tangga semua akan berjalan mulus, bahagia dan baik-baik saja. Namun, siapa yang bisa menjamin?, karena semua adalah rahasia illahi.
Untuk mendidik dan mengurus anak tentu saja tidak menjadi tanggung jawab satu orang saja misalnya ayah atau ibu, melainkan ayah dan ibu. Menurutku ini adalah teamwork, jadi tidak bisa seorang ayah menuntut seorang ibu yang harus mendidik anak-anaknya 100% atau sebaliknya. Jika ingin memperoleh anak yang memiliki akhlak baik tentu saja peran orangtualah yang patut dijalankan. Bukan malah tawakal pada guru-guru mereka disekolah, karena setinggi apapun pendidikan yang dibiayai orangtua pada anaknya tidak menjamin akhlak seorang anak. Akhlak anak dibentuk sejak ia kecil, remaja, dan hingga dewasa, semua itu tidak lepas dari hubungan mereka pada orangtuanya.

Wallahualam.
Itulah hasil pemikiranku malam ini.

(Jika salah, mohon maafkan) karena, aku belum menjadi seorang ibu, apalagi seorang istri.
Intinya adalah bagaimanapun jadinya akhlak seorang anak yang lahir kedunia ini bergantung pada tangan yang menyambutnya.



Nite ^_^
--ditengah keheningan di desa tanjung gading--

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya...silahkan tinggalkan sarannya...^_^