28 Nov 2013

Fabiayyi Alla Irrobikumatu Kadziban (Kajian Malam Jum’at Daarut Tauhid Bandung)

Allahumma soyyiban nafiian. Rintik air yang membasahi bumi dan dinginnya angin yang dibawa oleh malam tak menapik semangat langkah kami untuk menghadiri kajian rutin malam jum’at di salah satu masjid dekat kos kami. Hatiku berbisik apakah masjid akan ramai seperti biasanya?
Tak sampai 15 menit pertanyaanku telah mendapatkan jawabannya. Belum sampai di mulut masjid, halaman masjid sudah begitu berjejal dengan jama’ah dai kondang kota Bandung, yang biasa disapa Aa’.
Tak heran, bisikku. Basahnya baju dan kotornya alas kaki oleh genangan air dari langit tak menyurutkan langkah kaki jama’ah untuk mendapatkan ilmu dan alhamdulillah aku dan dua orang temanku termasuk kedalamnya.
Malam ini, ada yang special menurutku, sholat isyanya langsung di imami oleh Da’i kondang tersebut, mungkin karena aku adalah orang baru di daerah ini dan baru beberapa kali mengikuti kajian rutin malam jum’at disana ditambah lagi baru pertama kali diimami sholat berjamaah bersama Da’i yang selama ini mengisi kajian rutin tersebut. AR-Rahman membawa kesyahduan suara gemericik hujan diluar sana. Ayat demi ayat dibacakan hingga pada ayat fabiayyi alla irrobikumatu kadziban. Seperti ada yang menyentuh dan menggentur dawai hati ini, ianya merasuk hingga menumpahkan bulir hangat yang tak tau lagi harus bagaimana ketika mendengar ayat itu. Masyaallah…Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan. Walau aku tak begitu mengetahui apaarti setiap ayatnya, Alhamdulillah kalimat itulah yang menyentak-nyentak hatiku. Seolah hatiku ingin mengatakan pada diri yang kerdil ini. Hai! Sadar! Sudahkah kamu bersyukur??? Jika sudah, maka sudah berapa banyak syukurmu itu?
Seusai sholat aku terdiam, mencoba meraba-raba kembali adakah aku senantiasa bersyukur? Sudah berapa lama hidup, sudah berapa banyak air dan udara yang dikasih Allah SWT tanpa imbalan? Aku jadi teringat dengan sebuah kalimat, jika ranting-ranting di alam ini adalah penanya, air laut di dunia ini tintanya, belumlah cukup untuk menuliskan betapa banyak nikmat yang telah allah SWT berikan kepada kita, baik yang besar maupun yang kecil.
Istighfarpun kembali bergulir, berharap semoga Allah SWT mengampuni kekufuran yang selama ini dilakukan baik sengaja maupun tidak.
Materi kajian malam ini sangat berkaitan dengan surah yang dibacakan oleh sang ustad dalam sholat isya tadi. Syukur. Itulah temanya. Banyak hal yang bisa dipetik dari materi yang disampaikan oleh sang ustad. Diantaranya adalah tentang kunci syukur itu sendiri. Kunci syukur harus bermula dari hati. Dengan menapikkan segala hal dan meyakinkan dalam hati bahwa apapun yang kita peroleh, apapun yang kita pakai dan apapun yang kita gunakan semua semata-mata hanya pemberian dari Allah SWT. Ya, hanya dari Allah SWT bukan dari orang tua, bukan dari teman ataupun kekasih kita. Karena sesungguhnya mereka hanya perantara dari Allah SWT. Yang kedua adalah dari lisan, latihlah lisan kita dengan senantiasa bersyukur pada Allah SWT. Apapun dan bagaimanapun kondisi kita. Baik ketika lapang atau sempit, baik ketika sehat maupun sakit dan ketika kita kaya maupun miskin.
            Sungguh, allah SWT maha pemberi tiada yang bisa membalasnya, keculi dengan kesyukuran kita padaNya. Sang ustad berpesan, jangan jadikan keinginan kita menjadikan kita kufur nikmat, dan jangan piker bahwa keinginan kita yang akan mengantarkan kita untuk mendapatkannya. Melainkan hanya kesyukuranlah yang mengantarkan kita dekat dengan keinginan itu. “Ingat! Dengan janji Allah SWt bahwa Orang yang bersyukurlah yang akan ditambahkan nikmat dari Allah SWT kepadanya, bukan orang yang berkeinginan yang akan ditambahkan nikma dari Allah SWT”. Aku terpukau sejenak dengan kalimat Sang Ustad dan kembali meraba diri. Astaghfirullah….
Inilah kajian malam jum’atku.
Semoga bisa diambil ibrohnya.
Allah swt berfirman dalam Al Qur’an surat Ibrahim ayat 7 yang artinya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Wallahu’alam




26 Nov 2013

Masih bersama At-Thalaq

Bismillah...

Sudah dua kali aku kesana, berawal dari informasi yang ku terima dari seorang teman, promosinya tentang lingkaran itu tidak hanya membuat hatiku terkesima, tapi juga mengantarkan langkahku untuk menuju lingkaran itu.

Ini bukan bicara soal lingkaran halaqoh, tapi ini adalah lingkaran lain yang merupakan rumah ilmu keduaku setelah halaqoh, ini adalah majelis tafsil Qur'an.
Alhamdulillah, walau mereka sudah melalui beberapa ayat, aku tidak merasa terlalu "jauh" dari mereka, karena mereka dan terutama si Ibu, memberikan sport dan motivasi agar aku dapat terus mengikuti dengan sebaik-baiknya.
Disini lebihnya adalah kita juga dituntut menghafal disamping kita membahas tafsir perayatnya.

Subhanallah...
Semoga Allah SWT menguatkan langkah ini selalu dan istiqomah mempelajari kalimat-kalimat cintaNYA.

Semoga menambah ilmu dan semakin dekat denganNya...

Pertemuan kedua masih dengan At-Talaq...surat cintaNya yang berisikan 12 Ayat. Lumayan berat mengingatnya (bagiku) ^_^
Tapi, alhamdulillah disini kami diajarkan bagaimana metode mudah menghapal...
Semoga kandungan surat ini dapat aku pahami dan dikonsumsi dalam kehidupan...aamiin...

Berkah...Berkah...Berkah...
Itulah yang sangat ku harapkan dariNya...




Belajar Takwa Dari At-Talaq 
Sungguh tinggi makna dari sebuah kalimah "Menjauhi LaranganNya dan Menjalankan Segala PerintahNya"Tidak mudah...Namun Bisa!!!
Semangat Menjadi Muslimah Bertakwa, Tetangga Yang Bertakwa, Pelajar yang Bertakwa, Istri yang Bertakwa dan Ibu yang Bertakwa.
Karna...
...Barang Siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya (ayat 2 At-Talaq) dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu (ayat 3 At-Talaq). ...Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya (ayat 4 At-Talaq). ..barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya (ayat 5 at-Talaq).

Allah Maha Rahman dan Maha Rahim...


Wallahu'alam

Menanti atau Mencari?

Bismillah...

Seringkah mendengar sebuah kalimat "menanti jodoh"?

Mungkin nggak sering, tapi tentunya pernah kan?

Kalo aku lumayan sering mendengar, apalagi kalo sudah ngumpul sama temen-temen yang masih "berpayung sendiri". Obrolan sedikit banyak menyinggung prihal jodoh. (Bukan ngobrolin siapanya, tapi lebih pada persiapan si diri dalam masa sendiri menuju hidup yang tak sendiri). Rada berbelit-balit kata-katanya ya? ^_^
Ya, intinya persiapan diri menuju RTI (Rumah Tangga Islami). 
Kalo ngomongnya sudah kearah sana, mereka (teman-temanku) selalu mengatakan "ya...kita sedang menanti jodoh". Aku kurang setuju, dan aku juga tak jarang protes dengan kalimat itu, kata menanti menurutku, memiliki makna bahwa kita kurang ikhtiar. Coba analogikan, kita kepingin Mie Ayam, rasa kepenginnya itu sudah diujung tanduk, kemudian apakah kita hanya terus menanti si Mang Mie Ayam? Padahal kita belum tau pasti si Mang bakalan lewat depan rumah kita.
Nah, begitu juga dengan jodoh, kalo dia terus kita nantikan kehadirannya, bagaimana dia bisa tahu keberadaan kita. Ya...walau kita harus TAWAKAL sepenuhnya pada Allah SWT dalam rangka berTAKWA kepadaNya...itu tidak berarti kita hanya menanti, ya kan? kita juga harus IKHTIAR.
Aku bahkan lebih sepakat dengan anjuran Ust. Yusuf Manshur, jodoh itu harus diBELI. (eits jangan mikir negatif dulu).
Maksud, beliau membeli disini adalah dengan cara berSEDEKAH...
Itu merupakan bagian ikhtiar menurutku.
Selain itu, aku lebih suka dengan kata MENCARI jodoh dari pada MENANTI. Mencari lebih nampak keoptimisan dan ikhtiar kita.

Seperti lirik lagu berikut...^_^
(Cari Pasangan - Rabbani)

Mari mari marilah dengarlah ini kisah silam oh kawan
Sangatlah berguna moga hidup aman bahagia

Di malam yang pertama jumpa mertua  
Tersentak si jejaka diberitakan
Isterinya tidak sempurna rupa
Anggota zahirnya lumpuh semua
Tiada upaya mengurus diri

*)
Terkejut si jejaka
Penuh persoalan di hatinya
Mungkinlah sudah jodoh itulah isterinya
Hibanya rasa hati namun tetap ridho pada takdir
Asalkan punya iman itulah paling penting

**)
Saat-saat berjumpa terpesona memandang
Benarkah isterinya menawan sungguh cantik

***) (2x)
Cari cari carilah pasangan hidup betul-betul oh kawan
Bahagia berseri rumah tangga akan harmoni

Terhurai dijawablah oleh mertua
Zahirnya tak sempurna kiasan saja
Memberi makna sucinya diri
Wanita solehah terpelihara
Terharu jejaka tunduk bersyukur

Back *) - **) - ***)

****)
Jangan mudah percaya harkat pangkat dan rupa
Indahnya di mata berawaslah
Rasul sudah bersabda insan punya agama
Akhlaknya mulia pahamilah

Back to ***) - ****) - ***)

Cari cari cari


Dalam penCARIAN mari berTAWAKAL dan berTAKWA padaNya...semoga kita memperoleh pasangan yang BAIK dan membawa kita pada keBAIKAN dunia dan akhirat....aamiin

Putuskan, kita mau MENANTI atau MENCARI???

Wallahu'alam