5 Mei 2014

TAKWA

Hari ini 04 Mei 2014.
Di lingkaran kecilku, membahas tema Takwa.
Bahasan yang tida asing bukan?
Memang tidak asing, namun untuk mencapai derajat takwa itu tidak mudah bukan?
Yah...mungkin itulah tujuan guru ngajiku membahasnya kembali. Dalam rangka mengingatkan dan memotivasi tiap mata yang ada disana untuk meningkatkan derajat takwanya.

Ada poin-poin penting yang disampaikan beliau.
Nanti akan aku masukkan juga dalam tulisan ini.
Yang menggelitik pikiranku adalah sebuah kalimat yang keluar dari guru ngajiku. 
"Jika mereka beriman, tak mungkin mereka mentag-tag akhwat" begitulah lebih kurang kalimatnya.
Aku tertegun, hmmm benar. Jika dikaitkan dengan poin maeri yang disampaikan oleh beliau. Kalimat itu 100% benar. Jika seseorang bertakwa pad Robb nya, kenapa ia khawatir atau mencemaskan siapa yang akan menjadi pasangan hidupnya? Apa yang akan menjadi masa depannya dan bagaimana kehidupan di keesokan harinya?

Berikut catatan yang aku tuliskan :
Secara bahasa, tawakal adalah : 
Menyerahkan, mempercayakan, mewakilkan

Menurut imam Ahmad, tawakal adalah :
Perbuatan hati dan bagian dari ilmu pengetahuan

Menurut Ibnul Qoyyim, tawal adalah :
*Ubudiyah hati
*Menyandarkan diri kepada Allah SWT saja
*Tsiqoh hanya pada Allah SWT saja
*Berlindung kepada Allah SWT atas segala gangguan dan cobaan
*Ridho atas apa yang menimpa dirinya
*Yakin bahwa Allah SWT yang mencukupi
*Mekanisme pertahanan mental
*Harus ada sebab-sebab sebelum menjalankannya (red: ikhtiar)

Mengapa Perlu tawakal :
1. Karena Allah SWT mencukup kita
2. Allah akan memberi rasa tenang
3. Allah akan memudahkan segala urusan
(Qs. At-talaq ayat 3)

Ciri-ciri orang tawakal :
1. Dinamis (Selalu punya ide untuk membuat hidup lebih enjoy)
2. Orang yang tidak mudah depresi
3. Mempunyai kemampuan iradah al qodiyah
4. Berhak memasuki janah.

Ya begitulah sekilas tulisan yang bisa aku rekam.

Ada terselip sebuah kisah. Tentang sepasang insan yang dipertemukan di jalan yang mulia...hoho 

Begini kisahnya.
Sebut saja namanya imam. Dia sangat ingin menikah. Namun, ia belum tahu akan menikah dengan siapa. Anehnya, 3 malam berturut-turut ia memimpikan sebuah nama yang sama. Akhirnya, ia pergi keguru ngajinya, mengatakan niatnya untuk menikah, dan langsung menyodorkan nama yang ia peroleh dari mimpi itu. Padahal ia sendiri tidak tahu siapa si pemilik nama yang sering hadir dalam mimpi itu. Guru ngajinya menanggapinya dengan bijak. Dan ternyata gayung bersambut, ternyata si guru ngaji tengah memegang biodata akhwat yang diantara tumpukan biodata itu, ada satu nama yang benar-benar serupa.
Tanpa A, I, U, E dan O. Pria yang baru meneyelesaikan pendidikannya di bangku SMA tersebut, dengan tekad dan keberanian melanjutkan niatnya.
Hingga pada suatu hari ia menemui orang tua dari si gadis yang terpaut usia 10 tahun diatasnya.Tentu saja orangtua si gadis tidak menyetujui niat pemuda itu, karena masalah usia yang terpaut jauh dari anaknya. Pinangan pertama yang ditolak tak membuat si Imam gentar. Ia datang kembali menemui orangtua si gadis, dan ternyata alasan lain adalah kakak dari si gadis akan menikah, ditolak lah lagi pinangannya. 
Dua kali ditolak, membuat si Imam semakin bersemangat sepertinya. Ia kembali menemui orangtua si gadis, hingga orangtua si gadis bingung, kenapa si Imam sebegitu nekad dan tidak patah arang, dan akhirnya terkisahlah oleh si Imam terkait mimpiya. Dan berkat rahmat Allah SWT merekapun menikah.

Ini adalah sebuah kisah nyata yang diceritakan oleh guru ngajiku. dengan sedikit polesan dariku, namun tak mengurangi esistensi kisahnya.

Sebenarnya ada sebuah kejanggalan ya? kenapa si Imam bisa peroleh mimpi itu dan benar-benar yakin dengan pilihannya?

Hmmm, dan apa kaitannya dengan tawakal?

Nah, itu dia. Itulah Muraqobah (kedekatan hamba pada robbnya). Usut punya usust ternya si Imam tidak pernah melepaskan dzikirnya pada Allah SWT dan tidak pernah tinggal Qiyamul Lailnya. Penyerahan dirinya seutuhnya pada Allah berbuah manis. Dan keyakinannya terhadap apa yang diberikan oleh Allah SWT membawanya semakin dekat dengan Allah SWT.

MasyaAllah...begitulah salah satu kisah...yang ternyata ini si pria sholeh itu adalah guru ngajinya guruku...hohoho...

So....
Tak usah gelisah menanti yang sudah ditetapkan oleh ALLAH SWT.

Ketenangan hadir di hati bukan di lisan.
Lisan boleh berkata tawakal. Namun, Hati lebih penting untuk menjalankannya.
Hati yang tawakal akan memancarkan ketenangan...

Wallahualam...^_^

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya...silahkan tinggalkan sarannya...^_^