28 Sep 2014

Nasihat untuk penghapal al quran

Maulana Al-Furqon, Al-Hafizh (Sekjen Damai)
Saudaraku penghafal Al Quran…
Ini adalah harta simpanan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala percayakan disimpan di dalam dadamu, dan ini adalah kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala pilihkan atasmu untuk menempatinya, dan ini adalah kemuliaan yang engkau raih dimana pada hakikatnya adalah tanggung jawab yang dibebankan pada pundakmu, amanat yang wajib atasmu menunaikannya.
Maka selayaknya atasmu memuliakan Al Quran dalam dadamu dan menjaga dirimu dari penghambaan terhadap ahli dunia. Juga wajib engkau melazimi perilaku tawadhu’, tenang, serta berwibawa.
Hati-hatilah dari kesombongan dan takabur tatkala engkau mendengar pujian manusia atasmu. Maka ketahuilah bahwasannya riya dapat meluluh-lantakkan amal-amal shalihmu.
Bersemangatlah dalam melaksanakan kebaikan serta menjauhi maksiat maupun syubhat.
Berkata Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu : “Adalah selayaknya bagi para penghapal Al Quran terbedakan saat malamnya ketika manusia terlelap, tatkala siangnya ketika manusia berbuka, tatkala sedihnya ketika manusia bergembira, tatkala menangisnya ketika manusia tertawa, tatkala diamnya ketika manusia banyak berbicara, dan dengan kekhusyuannya ketika manusia lalai.”
Dari Hasan Al Bashri rahimahulloh : “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian menganggap Al Quran sebagai kumpulan surat dari Rabb mereka, oleh karenanya mereka metaddaburinya di saat malam serta mengamalkannya di siang hari.”
Dari Fudhoil bin ‘Iyadh rahimahulloh : “Pembawa (penghapal) Al Quran adalah pembawa panji Islam, tidak tidak selayaknya dia bergurau bersama orang-orang yang lupa, tidak lupa bersama orang-orang yang lupa, serta tidak banyak cakap bersama orang-orang yang banyak cakap, sebagai pemuliaan terhadap haqnya Al Quran.”
Pertama dari apa-apa yang seharusnya bagi penghapal Al Quran adalah bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam semua keadaan, bersikap waro’ dalam makan, minum, pakaian, serta perilakunya, tanggap terhadap zaman dan kerusakan penduduk dunia.
Maka dia memperingatkan mereka dalam beragama, menjaga lisan, terbedakan dalam bicaranya, sedikit dari berlebihan pada apa-apa yang tak bermanfaat, sangat takut akan lisannya lebih takut daripada musuhnya, mawas diri dari hawa nafsu yang dapat membuat Allah Subhanahu wa Ta’ala murka.
Bergumul dengan Al Quran untuk mendidik jiwa yang dengannya cita-citanya adalah dapat paham terhadap apa-apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kabarkan dari ketaatan dan menjauhi maksiat.
Bukanlah cita-citanya: Kapan aku mengkhatamkan surat ini?
Cita-citanya adalah :
Kapan aku merasa cukup hanya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan selainnya?
Kapan aku menjadi orang bertakwa?
Kapan aku menjadi orang yang berbuat ihsan?
Kapan aku menjadi orang yang bertawakkal?
Kapan aku khusyu beribadah?
Kapan aku bertaubat dari dosa-dosa?
Kapan aku bersyukur atas segala nikmat ini?
Kapan aku paham dari yang aku baca?
Kapan aku malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan malu yang sebenarnya?
Kapan aku menyibukkan mataku dengan Al Quran?
Kapan aku perbaiki kejelekan-kejelekan urusanku?
Kapan aku mengoreksi diri?
Kapan aku membekali diri untuk kehidupan setelah mati di akhirat kelak?
Seorang mukmin yang berakal tatkala membaca Al Quran maka Al Quran itu bagaikan cermin di matanya sehingga dia bisa melihat apa yang bagus atau jelek dari perilakunya, maka apa-apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala peringatkan, dia merasa diperingatkan dan apa-apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ancamkan dari siksa, dia merasa takut.
Maka orang yang memiliki sifat seperti ini atau paling tidak dekat dengan sifat tersebut, maka Al Quran akan menjadi saksi serta memberinya syafaat.
(Dinukil dari kitab Warottilil qur’ana tartila, Washoya wa Tanbihaat fit Tilawati wal Hifdzi wal Muroja’ati dengan pengurangan dan perubahan sedikit)

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya...silahkan tinggalkan sarannya...^_^