18 Apr 2014

#Entah Siapa

#Entah Siapa, salah satu hastag yang kubaca di media sosial.
Sebuah kalimat sederhana sih, tapi lumayan menyeret pikiranku untuk mengiyakan kalimat itu, apalagi jika dikaitkan dengan satu topik, yaitu jodoh :)

Sore itu, dikamar kosku, aku dan beberapa temanku yang terikat dalam satu lingkaran majelis ilmu, tak sengaja membicarakan topik itu. Obrolan itu mengalir setelah kami menyantap hidangan makan siang, mata yang mengantuk menjadi berenergi kembali...^_^

Bermula dari sebuah pertanyaan yang biasa, pertanyaan yang aku ajukan pada salah seorang teman yang usianya terpaut satu tahun diatasku.
"Apalagi yang ditunggu kak? kenapa belum nikah?"  (KEPO)
Anehnya dia hanya tersenyum. Sambil menunggu jawabannya aku mencoba mengambil makna dari senyumnya.
Tidak hanya jawaban yang ia beri tapi kisah penuh hikmah ia sampaikan juga. Kisah-kisah hidupnya dalam ikhtiar menjemput jodoh.
Hingga ia membacakan taujih dari ust salim afillah :
ini isi taujihnya
Pertama
Satu hal yang seringkali dilupakan oleh banyak wanita adalah bahwa kemuliaan wanita tidak bergantung pada laki-laki yang mendampinginya.
Tahu darimana? Allah meletakkan nama dua wanita mulia dalam Al Quran, Maryam dan Asiyah. Kita tahu, Maryam adalah wanita suci yang tidak memiliki suami, dan Asiyah adalah istri dari manusia yang sangat durhaka, Firaun. Apakah status itu mengurangi kemuliaan mereka? No!
Itulah mengapa, bagi wanita di zaman Rasulullah dulu, yang terpenting bukan mendapat jodoh di dunia atau tidak, melainkan bagaimana memperoleh kemuliaan di sisi Allah.
Kedua
Bicara jodoh adalah bicara tentang hal yang jauh: akhirat, surga, ridha Allah, bukan semata-mata dunia.
Ketiga
Jodoh itu sudah tertulis. Tidak akan tertukar. Yang kemudian menjadi ujian bagi kita adalah bagaimana cara menjemputnya. Beda cara, beda rasa. Dan tentu saja, beda keberkahannya.
Keempat
Dalam hal rezeki, urusan kita adalah bekerja. Soal Allah mau meletakkan rezeki itu dimana, itu terserah Allah. Begitupun jodoh, urusan kita adalah ikhtiar. Soal Allah mau mempertemukan dimana, itu terserah Allah.
Kelima
Cara Allah memberi jodoh tergantung cara kita menjemputnya. Satu hal yang Allah janjikan, bahwa yang baik untuk yang baik. Maka, mengupayakan kebaikan diri adalah hal utama dalam ikhtiar menjemput jodoh.
Keenam
Dalam urusan jodoh, ta’aruf adalah proses seumur hidup. Rumus terpenting: jangan berekspektasi berlebihan dan jangan merasa sudah sangat mengenal sehingga berhak menafsirkan perilaku pasangan.
Ketujuh
Salah satu cara efektif mengenali calon pasangan yang baik adalah melihat interaksinya dengan empat pihak, yakni Allah, ibunya, teman sebayanya, dan anak-anak.
Kedelapan
Seperti apa bentuk ikhtiar wanita?
1. Meminta kepada walinya, sebab merekalah yang punya kewajiban menikahkan.
2. Meminta bantuan perantara, misal guru, teman, dll. Tapi pastikan perantara ini tidak memiliki kepentingan tertentu yang menyebabkannya tidak objektif.
3. Menawarkan diri secara langsung. Hal ini tidak dilarang oleh syariat.Bisa dilakukan dengan menemuinya langsung atau melalui surat dengan tulisan tangan. Konsekuensi satu: Ditolak. Tapi itu lebih baik daripada digantung.
Kesembilan
Bagaimana jika ada pria yang datang pada wanita, menyatakan rasa suka, tapi meminta ditunggu dua atau tiga tahun lagi? Perlukah menunggu?
Sabar itu memang tidak ada batasnya. Tapi ada banyak pilihan sabar. Silakan pilih. Mau sabar menunggu, atau sabar dalam merelakannya. Satu hal yang pasti, tidak ada jaminan dua tiga tahun lagi dia masih hidup. Pun tidak ada jaminan kita bisa menuntut jika dia melanggar janjinya, kecuali dia mau menuliskan janjinya dengan tinta hitam diatas kertas putih bermaterai.
Kesepuluh
Bagaimana jika ada pria yang jauh dari gambaran ideal seorang pangeran tapi shalih datang melamar? Bolehkah ditolak?
Tanyakan pada hatimu: Mana diantara semua faktor itu yang paling mungkin membawamu dan keluargamu ke syurga?

Taujih yang membuat aku terdiam. speechless

Kemudian terlontar dari mulut mungilnya. Kita nggak pernah tahu, mungkin saja jodoh kita itu sekarang masih sekolah.
"Apa kak?! Kuliah maksudnya?"
"Iya, masih sekolah..."
"Tapi kan...." belum habis kalimatku. Sepertinya ia sudah tau akan kekagetanku,
Iapun mulai bercerita...
Murobbi kakak dulu menikah dengan suami yang jauh di bawah usianya.
Beliau menasehati kakak...kita itu gak pernah tahu jodoh kita itu siapa. Mungkin saja lebih muda dari kita. 

"Bener juga ya" ujarku dalam hati.

Usia bukanlah ukuran kedewasaan atau kesholihan seseorang. Jika Allah SWT telah berkehendak, tiada siapa bisa menolak.

Wallahualam

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya...silahkan tinggalkan sarannya...^_^