23 Mei 2016

KAJIAN PARENTING

 Kajian Parenting 
Sabar membaca,ya
by ibu Elly Risman
(Senior Psikolog dan Konsultan, UI)

Pernah mencoba membetulkan keran sendiri? Pasang lampu bohlam sendiri?

Ganti ban motor atau mobil yang bocor di jalan? 

Me-lem sesuatu yang sdh terlanjur patah?

Membuka botol kaca yang Allahu akbar sangat susah dibuka?

Memasak sambil menggendong anak bahkan disambil lg dg menaruh pakaian kotor ke mesin cuci?

Menyetrika sambil bicara dg mertua ditelfon dan kaki menggoyang2kan bouncer agar bayi tidak bangun dan menangis tanpa henti?

Hidup ini penuh masalah, cobaan, kesulitan, tantangan

dan pekerjaan susah yang kadang mau tidak mau hrs kita jalani.

Di Indonesia enak. Tkg ledeng terjangkau, pembantu ada, supir banyak yang punya.

Yang pernah (atau masih) tinggal di negara maju tahu betul bahwa pelayan dan pelayanan itu di luar jangkauan saku kita pada umumnya.

Laah yang bekerja saja belum tentu bisa membayar mereka, apalagi yang ke luar negrinya untuk ngejar S3...

Kita tidak tahu anak kita terlempar di bagian bumi Allah yang mana nanti, izinkan dia belajar menyelesaikan masalahnya sendiri.

Jangan memainkan semua peran, ya jd ibu, ya jd koki, ya jd tkg cuci. Ya jd ayah, ya jadi tukang ledeng, ya jadi pengemudi.

Anda bukan anggota tim SAR, anak anda tidak dalam keadaan bahaya, berhentilah memberikan bantuan bahkan ketika sinyal S.O.S nya tdk ada. Jangan mencoba untuk membantu dan memperbaiki semuanya.

Anak mengeluh sedikit krn itu puzzle tidak bisa nyambung menjadi satu, ‘sini..ayah bantu’. Botol minum ditutup rapatnya sedikit susah, ‘sini.. mama saja’.

Sepatu bertali lama diikat, sekolah sdh hampir telat ..‘biar ayah aja deh yang kerjain’, kecipratan minyak sedikit ‘sudah sini, kentangnya mama saja yang gorengin’.

Kapan anaknya bisa? Jgn kan di luar negri, di Indonesia saja pembantu sdh semakin langka.

Kalau bala bantuan muncul tanpa adanya bencana, apa yang terjadi ketika bencana benar2 tiba?

Berikan anak-anak kesempatan untuk menemukan solusi mereka sendiri.

Kemampuan menangani stress, menyelesaikan masalah, dan mencari solusi itu keterampilan/skill  yang wajib dimiliki.

Yang namanya keterampilan/skill, untuk bisa terampil, ya hrs dilatih.

Kalau tanpa latihan, lalu diharapkan simsalabim mereka jadi bisa sendiri??

Kemampuan menyelesaikan masalah dan bertahan dalam kesulitan tanpa menyerah bisa berdampak sampai puluhan tahun ke depan.

Bukan saja bisa membuat seseorang lulus sekolah tinggi, tapi juga lulus melewati ujian badai2 pernikahan dan kehidupannya kelak.

Tampaknya sepele sekarang..secara apalah  salahnya sih kita bantu anak?

Tapi jika anda segera bergegas menyelamatkannya dari segala kesulitannya, dia akan menjadi ringkih .. dan mudah layu.

Susah sedikit... bantuan diminta.
Berantem sedikit ya sdh lah, cerai saja.
Sakit sedikit ngeluhnya luar biasa,
Masalah sedikit... bisa jd gila.

Kalau anda menghabiskan banyak waktu, perhatian dan uang untuk IQnya, habiskan hal yang sama untuk AQ nya juga.

AQ ? Apa itu? Adversity Quotient.

Adversity quotient menurut Paul G. Stoltz dalam bukunya yg berjudul sama, adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami. 

Bukannya kecerdasan ini yg jd lebih penting daripada IQ, untuk menghadapi masalah sehari-hari?

Perasaan mampu melewati ujian juga luar biasa nikmatnya. Merasa bisa menyelesaikan masalah, mulai dari yang sederhana sampai yang sulit, membuat diri semakin percaya bahwa meminta tolong hanya dilakukan ketika kita benar2 tdk lagi bisa.

Setelah dicoba berkali-kali, berulang-ulang, tdk menyerah dalam waktu yang lama.

So izinkan anak anda melewati kesusahan.

Tidak masalah anak mengalami sedikit luka, sedikit nangis, sedikit kecewa, sedikit telat dan sedikit kehujanan. Akui kesulitan yang sedang dia hadapi,

Tahan lidah, tangan dan hati dari memberikan bantuan, ajari menangani frustrasi.

Kalau anda selalu jadi ibu peri atau guardian angel, apa yang terjadi jika anda tdk bernafas lagi esok hari?

Bisa-bisa anak anda ikut mati.

Sulit memang untuk tidak mengintervensi, ketika melihat anak sendiri susah, sakit dan sedih

Apalagi dg menjadi orangtua, insting pertama adalah melindungi, jadi melatih AQ ini adalah ujian kita sendiri juga sebagai orangtua

Tapi sadarilah hidup penuh dengan ketidakenakan dan masalah akan selalu ada.

Dan mereka harus bisa bertahan. Melewati hujan, badai, dan kesulitan, yang kadang tidak selalu bisa kita hindarkan.

"Permata hanyalah arang... yang bisa melewati tekanan dengan sangat baik"

Salam Senyum Penuh Syukur 

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya...silahkan tinggalkan sarannya...^_^